Home » Cara Alami Mengobati Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada Hewan Ternak
PasarMIKRO - Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)

Inilah Cara Alami Mengobati Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada Hewan Ternak

Badan Kesehatan Hewan Dunia memasukan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) sebagai penyakit hewan paling berbahaya dan berada di daftar A

Badan Kesehatan Hewan Dunia memasukan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) sebagai penyakit hewan paling berbahaya dan berada di daftar A. Bahkan di Kalimantan Selatan, per 9 Januari 2023 vaksinasi PMK menjadi syarat untuk hewan ternak masuk ke pasar Pelaihari. 

Apakah hewan ternak mu sudah aman dari penyakit mematikan ini? Yuk simak artikel ini hingga selesai untuk mencari tahu pencegahan dan penanggulangan penyakit PMK.

Apa itu Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)?

PMK adalah penyakit yang menjangkit hewan ternak berkuku seperti sapi, babi, domba, dan kerbau yang disebabkan oleh infeksi virus apthae epizootica yang merusak jaringan sel. Penyakit ini bukan tergolong zoonosis sehingga tidak menginfeksi manusia. Akan tetapi, penyakit mulut dan kuku sangat berbahaya kalau menyerang hewan ternak karena mudah menyebar lewat udara. Bahkan dengan jangkauan jarak 200 kilometer. 

Penyakit Mulut dan Kuku memiliki nama lain seperti apthae epizootica (AE), aphthous fever, foot and mouth disease (FMD). PMK mulai masuk di Indonesia pada 1887 akibat impor ternak hidup dari Belanda. 1983 adalah wabah terakhir di pulau jawa dan 1990 Indonesia menyatakan status bebas dari penyakit mulut dan kuku bahkan diakui oleh Badan Kesehatan Hewan Dunia dan tercantum dalam resolusi OIE No. IX Tahun 1990. 

Sayangnya, 2022 lalu Indonesia terserang kembali. Melansir dari Databoks.id, berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan PMK, hewan ternak yang terjangkit penyakit kuku dan mulut (PMK) di Indonesia tercatat 464.279 ekor pada Jumat, 05 Agustus 2022.

Statistik Penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)

Dari data di atas, kamu bisa lihat bahwa hewan ternak yaitu sapi potong paling tinggi terjangkit PMK sebesar 379.395 ekor. Disusul dengan sapi perah 64.027 ekor. Dengan tingginya angka sapi potong yang terjangkit PMK, masyarakat pun diharapkan tidak mengonsumsi hewan ternak yang terjangkit PMK meskipun secara teori, PMK bukanlah zoonosis atau tidak menular ke manusia.

5 Provinsi dengan Kasus PMK Tertinggi

Data yang diambil per Kamis, 14 Juli 2022, Jawa Timur merupakan provinsi dengan angka tertinggi untuk hewan yang terjangkit PMK dan NTB termasuk provinsi terkecil yang melakukan vaksinasi pada hewan ternak.

Faktor Penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku

Penularan virus PMK ini bisa terjadi melalui kontak langsung antara hewan yang terinfeksi dan hewan yang sehat, serta melalui kontak dengan benda-benda yang terkontaminasi, seperti alat makan, air, pakaian, dan peralatan peternakan. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penyebaran PMK meliputi:

  • Ketahanan Tubuh Hewan: Hewan yang memiliki sistem kekebalan yang lemah lebih rentan terhadap infeksi PMK.
  • Kepadatan Populasi Hewan: Tempat pemeliharaan dengan populasi hewan yang padat dapat memudahkan penyebaran virus PMK.
  • Pergerakan Hewan: Pergerakan hewan dari satu tempat ke tempat lain dapat membawa virus PMK bersama mereka.
  • Kurangnya Praktik Biosekuriti: Praktik kebersihan yang buruk di peternakan dapat memfasilitasi penularan PMK.
  • Kontak Antar Spesies: Kontak antara berbagai spesies hewan, seperti sapi, babi, kambing, dan domba, dapat memungkinkan penyebaran lintas spesies virus PMK.
  • Perdagangan Internasional: Perdagangan hewan hidup, daging, dan produk ternak antar negara dapat membawa virus PMK ke wilayah yang sebelumnya bebas penyakit.

Lalu, di antara hewan ternak lainnya mengapa ternak sapi potong paling tinggi terkena penyakit PMK? Berikut ini faktor-faktor penyebab ternak sapi potong lebih rentan terkena penyakit mulut dan kuku.

  • Stres dan Kepadatan Populasi: Sapi potong sering kali dipelihara dalam kelompok yang padat di peternakan intensif. Kepadatan populasi yang tinggi dan lingkungan yang kurang alami dapat meningkatkan stres pada hewan. Stres ini dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh sapi, sehingga membuatnya lebih rentan terhadap infeksi PMK.
  • Transportasi dan Perpindahan: Sapi potong seringkali mengalami transportasi yang jauh dan padat, baik dari tempat kelahiran ke tempat penggemukan atau ke tempat pemotongan. Perpindahan yang sering dan jarak jauh dapat menyebabkan stres tambahan pada hewan dan meningkatkan risiko penularan penyakit.
  • Sistem Pemeliharaan Intensif: Sapi potong dalam sistem pemeliharaan intensif sering kali berada dalam kontak dekat dengan hewan lainnya, terutama dalam situasi di mana mereka berbagi ruangan, makanan, dan air. Hal ini dapat memfasilitasi penyebaran virus PMK dari hewan yang terinfeksi ke hewan yang sehat.
  • Usia yang Muda: Sapi potong seringkali disembelih pada usia yang relatif muda, karena mereka dihasilkan untuk daging. Hewan muda umumnya memiliki sistem kekebalan yang lebih lemah daripada hewan dewasa, sehingga lebih rentan terhadap penyakit termasuk PMK.
  • Perubahan Pola Gizi: Selama proses penggemukan, sapi potong mungkin mengalami perubahan pola gizi yang drastis. Perubahan ini bisa berdampak negatif pada sistem kekebalan tubuh mereka, membuatnya lebih rentan terhadap infeksi.

Ciri-Ciri dan Gejala PMK

Gejala dan ciri-ciri setiap hewan ternak yang berkuku biasanya berbeda-beda. Secara umum, kamu bisa memeriksa ciri-ciri dan gejala seperti di bawah ini:

  • Luka dan Vesikel di Mulut dan Kuku: Hewan yang terinfeksi PMK biasanya akan mengalami pembentukan vesikel (lepuh) yang penuh cairan di sekitar area mulut, kuku, atau area antara jari kaki. Vesikel ini dapat tampak sebagai bengkak merah atau putih yang berisi cairan.
  • Lambat Berjalan atau Berdiri: Hewan yang terinfeksi PMK mungkin terlihat kesulitan berjalan atau berdiri karena rasa sakit yang disebabkan oleh vesikel yang terbentuk di kaki.
  • Lemas dan Lesu: Infeksi PMK dapat menyebabkan hewan menjadi lemas, lesu, dan kehilangan nafsu makan. Hewan mungkin terlihat kurang aktif dan cenderung berbaring lebih banyak.
  • Berubahnya Sikap Makan: Hewan terjangkit PMK mungkin menunjukkan perubahan dalam perilaku makan. Mereka mungkin enggan makan atau memiliki masalah saat mengunyah makanan karena vesikel di mulut.
  • Demam: Infeksi PMK sering disertai dengan peningkatan suhu tubuh, yang dapat menyebabkan demam pada hewan.
  • Kelesuan dan Depresi: Hewan yang terinfeksi PMK mungkin tampak lesu dan kurang bertenaga. Mereka mungkin terlihat tertekan dan tidak bersemangat seperti biasanya.
  • Produksi Susu dan Daging Menurun: Jika hewan yang terinfeksi adalah ternak penghasil susu atau daging, infeksi PMK dapat menyebabkan penurunan produksi susu atau daging yang dapat berdampak pada pendapatan peternak.
  • Vesikel Pecah dan Ulserasi: Vesikel yang terbentuk dapat pecah dan berubah menjadi luka terbuka atau ulserasi, yang dapat memperburuk rasa sakit dan meningkatkan risiko infeksi sekunder.
  • Limpahan Air Mata atau Ingus: Hewan terinfeksi PMK mungkin juga menunjukkan gejala seperti limpahan air mata atau ingus berlebihan.

Cara Penanganan Penyakit Mulut dan Kuku

Mengobati hewan yang terjangkit PMK bisa dengan antibiotik, antipretik, dan vitamin. Namun, selain dengan pengobatan kimia, masih ada cara mengobati PMK dengan herbal, lho! Dilansir dari laman Dinas Kesehatan Hewan NTB, tumbuh-tumbuhan sekitar bisa dijadikan alternatif untuk pengobatan alternatif dalam mengobati luka.

  • Sebagai pembersih luka sekitar bibir, lidah dan kuku. Bahan-bahan yang dibutuhkan soda abu atau soda kue
  • Sebagai antiseptik atau mencegah infeksi. Bahan-bahan yang dibutuhkan bawang putih, kunyit, daun kemangi, daun nimba, dan madu.

Bahan-Bahan Membuat Obat Herbal untuk PMK

Resep 1

Bahan-Bahan:

  1. 10 iris bawang putih
  2. 10 gram kunyit
  3. 10 lembar daun kemangi
  4. 10 lembar daun kuppaimeni
  5. 10 lembar daun pacar kuku
  6. 10 lembar daun nimba
  7. Virgin Coconut Oil (VCO) atau minyak wijen

Langkah-langkah Membuat Obat Herbal untuk PMK:

  1. Tumbuk semua bahan hingga halus
  2. Tambahkan 1 liter minyak wijen atau VCO
  3. Panaskan 10 menit lalu dinginkan
  4. Setelah dingin, oleskan ke bagian luka seperti bibir, lidah, dan kuku.

Resep 2

Bahan-Bahan:

  1. 1kg soda ash
  2. 20 liter air
  3. Madu mentah
  4. Parutan kunyit

Langkah-Langkah Membuat Obat Herbal untuk PMK:

  1. Bersihkan bagian luka yang ada di bibir, lidah, dan kuku
  2. Oleskan parutan kunyit dan madu
  3. Jika keesokan hari ada luka lagi, bersihkan kembali dengan larutan soda
  4. Lakukan selama tiga hari berturut-turut

Mengobati sebaiknya menjadi cara terakhir. Sebaiknya, lebih dulu kita melakukan pencegahan. Mencegah PMK sangat penting untuk melindungi industri peternakan dan kesejahteraan hewan di Indonesia. Langkah-langkah pencegahan seperti vaksinasi rutin, praktik biosekuriti yang ketat, pemantauan kesehatan hewan yang baik, serta pengendalian pergerakan hewan dapat membantu mengurangi risiko penyakit ini menyebar.

Jika wabah PMK terjadi, penanganan yang cepat, termasuk isolasi hewan terinfeksi, pelaporan kepada otoritas, dan pembatasan pergerakan hewan, penting untuk meminimalkan dampaknya.

PasarMIKRO - Peternakan Sapi

PasarMIKRO, Aplikasi Perdagangan untuk Petani, Peternak, Nelayan dan Pedagang Pertama dan No. 1 di Indonesia

Tidak ada waktu yang lebih baik dari sekarang untuk memulai perubahan, bergabunglah dengan komunitas perdagangan terpercaya hanya di PasarMIKRO!

Play Store Badge
Aplikasi Digitalisasi Perdagangan Agrikultur

Pertanyaan Umum Seputar PMK

Apa itu penyakit mulut dan kuku (PMK)?

Penyakit mulut dan kuku (PMK) adalah penyakit hewan yang sangat menular akibat infeksi virus penyakit mulut dan kuku (FMDV). Penyakit ini dicirikan oleh luka (berupa lepuh dan/atau erosi) di bagian mulut dan kuku pada hewan berkuku belah, seperti sapi dan babi. Penyakit ini dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi peternakan dan perdagangan hewan.

Bagaimana cara penularan penyakit mulut dan kuku (PMK)?

Penularan penyakit mulut dan kuku (PMK) dapat terjadi melalui kontak langsung atau tidak langsung antara hewan yang terinfeksi dengan hewan yang rentan. Kontak langsung dapat melalui air liur, darah, urin, atau feses yang mengandung virus. Kontak tidak langsung dapat melalui udara, air, tanah, pakan, peralatan, kendaraan, atau manusia yang terkontaminasi virus.

Apa saja gejala penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan?

Gejala penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan bervariasi tergantung pada spesies, umur, kekebalan, serotipe virus, dan jumlah paparan virus. Gejala umum yang dapat ditemukan adalah demam, lesu, kurang nafsu makan, berkurangnya produksi susu atau daging, serta luka di bagian mulut dan kuku. Luka di bagian mulut dapat menyebabkan kesulitan makan atau minum, sedangkan luka di bagian kuku dapat menyebabkan pincang atau lumpuh.

Apakah penyakit mulut dan kuku (PMK) dapat menular ke manusia?

Penyakit mulut dan kuku (PMK) sangat jarang menular ke manusia. Kasus penularan PMK ke manusia biasanya terjadi pada orang-orang yang berhubungan erat dengan hewan yang terinfeksi, seperti petugas kesehatan hewan, peternak, atau penjagal. Gejala PMK pada manusia biasanya ringan dan bersifat sementara, seperti demam, sakit tenggorokan, lepuh di mulut atau tangan, atau ruam di kulit.

Bagaimana cara mencegah penyakit mulut dan kuku (PMK)?

Cara mencegah penyakit mulut dan kuku (PMK) adalah dengan melakukan vaksinasi rutin pada hewan-hewan yang rentan. Vaksinasi dapat memberikan kekebalan spesifik terhadap serotipe virus tertentu. Selain itu, perlu juga melakukan pengawasan epidemiologi untuk mendeteksi adanya kasus PMK secara dini dan melakukan tindakan pemberantasan sesuai dengan protokol yang berlaku.

Bagaimana cara mengobati penyakit mulut dan kuku (PMK)?

Tidak ada obat spesifik untuk mengobati penyakit mulut dan kuku (PMK). Pengobatan yang dilakukan adalah bersifat simtomatik dan suportif untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah infeksi sekunder pada luka-luka. Pengobatan dapat meliputi pemberian antibiotik, anti-inflamasi, analgesik, antipiretik, serta perawatan luka.

Apa dampak penyakit mulut dan kuku (PMK) bagi peternakan dan perdagangan hewan?

Dampak penyakit mulut dan kuku (PMK) bagi peternakan dan perdagangan hewan sangat besar. Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan produksi susu atau daging, peningkatan angka mortalitas atau morbiditas hewan, serta biaya pengobatan atau pemberantasan yang tinggi. Selain itu, penyakit ini juga dapat menyebabkan pembatasan atau larangan perdagangan hewan atau produk hewani antar negara atau wilayah.

Post navigation

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Cara dan Syarat Membuat Izin Usaha Peternakan

Hati-Hati, Kenali Penyakit Antraks: Akibat, Proses, dan Jenis, dan Pencegahannya

Tingkatkan Produksi Budidaya Ikan Nila dengan Teknologi Bioflok

Peran Sektor Peternakan bagi Ekonomi Indonesia