Home » Agroforestri, Praktik Pertanian yang Bisa Meningkatkan Taraf Ekonomi
PasarMIKTO - Agroforestri

Agroforestri, Praktik Pertanian yang Bisa Meningkatkan Taraf Ekonomi

Praktek agroforestri, baik secara tradisional maupun ilmiah, dimulai dari sistem berkebun (gardening) yang umum di daerah Asia Tropis.

Erosi memiliki dampak yang signifikan terhadap pertanian. Dengan adanya erosi bisa mengakibatkan kehilangan kesuburan tanah dan produktivitas pertanian menurun. Beberapa penyebabnya antara lain penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan. 

Agroforestri bisa dilakukan untuk mengurangi dampak dari erosi tanah. Yuk cari tahu lewat artikel ini, seluk beluk agroforestri yang bisa meningkatkan ekonomi.

Sejarah Agroforestri

Sejarah Perkembangan Agroforestri

Melansir dari buku Pengantar Agroforestri karya Kurniatun Hairiah, Mustofa Agung Sardjono, Sambas Sabarnurdin, fase sejarah agroforestri terbagi ke dalam tiga tahap antara lain klasik, pra-modern, dan modern.

  • Fase Klasik

Pada sekitar tahun 7000 SM, manusia mengalami perubahan budaya dalam upaya mempertahankan eksistensinya. Mereka beralih dari pola hidup berburu dan mengumpulkan makanan (food gathering) ke pola hidup bercocok tanam dan beternak (plants and animals domestication). Proses ini melibatkan tindakan seperti menebang pohon, membakar seresah, dan mulai membudidayakan tanaman. Dari perubahan ini, muncul sistem pertanian tebang bakar yang menjadi cikal bakal dari konsep agroforestri.

Sistem perladangan bukanlah satu-satunya bentuk agroforestri klasik yang ada. Menurut Wiersum (1982; 1987), praktek agroforestri, baik secara tradisional maupun ilmiah, dimulai dari sistem berkebun (gardening) yang umum di daerah Asia Tropis. Contohnya adalah sistem kebun hutan dan kebun pekarangan yang ditemukan di Kalimantan Timur.

  • Fase Pra-Agroforestri Modern

Pada akhir abad ke-19, fokus utama berkisar pada pembangunan hutan tanaman yang ditanam secara sengaja, sementara konsep agroforestri mulai diterapkan sebagai sistem pengelolaan lahan. Pertengahan abad ke-19, dimulai penanaman pohon jati di Birma oleh Sir Dietrich Brandis, rimbawan Jerman yang bekerja untuk Kerajaan Inggris. Melalui sistem “Taungya,” penanaman pohon ini diselingi dengan tanaman pertanian, menghasilkan bahan pangan dan mengurangi biaya pembangunan hutan tanaman. Kesuksesan Taungya menyebar ke wilayah jajahan Inggris seperti Afrika Selatan, India, dan Bangladesh, serta diperkenalkan di Indonesia sebagai sistem tumpangsari.

Agroforestri klasik lebih bermanfaat bagi masyarakat lokal daripada agroforestri modern, yang hanya mengkombinasikan pohon keras dengan tanaman sela. Awalnya, sistem Taungya lebih berfokus pada aspek kehutanan, dengan sedikit perhatian terhadap pertanian, petani, dan produk pertanian. Meski tujuan utama Taungya adalah pembangunan hutan untuk melindungi produktivitas tanah, dampak erosi tanah jarang diperhatikan. Pada masa itu, filosofi utama adalah membangun hutan tanaman dengan melibatkan mereka yang memiliki keterbatasan lahan, dan pendekatan ini bervariasi di berbagai wilayah. Meskipun demikian, konsep Taungya menjadi landasan awal bagi pengembangan agroforestri modern, meskipun awalnya lebih berorientasi pada kehutanan daripada pertanian.

  • Fase Agroforestri Modern

Pada awal tahun 70-an, pemahaman akan peran penting pepohonan dalam mengatasi masalah petani kecil dalam memenuhi kebutuhan hidupnya mulai berkembang. Meskipun Program “Revolusi Hijau” berhasil meningkatkan produksi pangan, banyak petani kecil tidak mampu berpartisipasi karena keterbatasan modal dan kepemilikan lahan yang belum pasti. Penyusutan hutan karena pertumbuhan populasi juga memunculkan kebutuhan untuk solusi baru. Bank Dunia mendorong Program Perhutanan-Sosial yang bertujuan meningkatkan produksi pangan dan konservasi lingkungan tanpa mengabaikan industri kehutanan. Kebijakan Organisasi Pangan dan Pertanian se-Dunia (FAO) juga berubah dengan memasukkan Kehutanan untuk Pembangunan Masyarakat Pedesaan sebagai fokus utama, terutama setelah Kongres Kehutanan Sedunia ke-8 tahun 1978.

Tumbuhnya konsep agroforestri modern tidak terlepas dari studi yang didanai oleh Pusat Penelitian Pembangunan Internasional Canada. Studi tersebut menyoroti pentingnya penelitian agroforestri, yang menghasilkan pembentukan International Council for Research in Agroforestry (ICRAF) yang kemudian menjadi World Agroforestry Centre. Pandangan terhadap agroforestri berubah di kalangan ilmuwan kehutanan dan pertanian, membawa lahir konsep-konsep dan pendekatan baru untuk mengatasi tantangan-tantangan pertanian dan lingkungan.

Mengenal Agroforestri

Agroforestri adalah praktik pertanian yang menggabungkan pohon-pohon dengan tanaman pertanian atau peternakan dalam suatu sistem yang terintegrasi. Di Indonesia, istilah ini dikenal juga dengan nama wanatani. Berasal dari dua gabungan kata yaitu wana dan tani yang memiliki arti hutan tani. Selain wanatani, masyarakat Indonesia juga menggunakan istilah lokal misalkan:

  • Jawa : mratani yang artinya kegiatan menanam, mengolah lahan sambil beternak.
  • Maluku : dusung yang diartikan sebagai sistem pengelolaan sumber daya alam
  • Lampung : repong yaitu sebidang lahan yang ditanami berbagai tanaman.

Istilah-istilah yang digunakan di setiap daerah menunjukan bahwa sistem ini telah lama dikenal dan digunakan di Indonesia.

Agroforestri pun memiliki manfaat di antaranya membantu penggunaan lahan secara optimal, menjamin dan meningkatkan ketersediaan pangan bagi masyarakat, meningkatkan pendapatan petani melalui peningkatan produksi dan diversifikasi hasil pertanian serta hutan, membantu menjaga kualitas air dan mencegah erosi tanah.Akan tetapi, agroforestri juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Kamu bisa lihat seperti tabel di bawah ini!

Kelehihan dan Kekurangan Agroforestri

Sistem Agroforestri

Melansir dari Jawapos, para pemuda Dukuh Gemuk sukses mengembangkan agroforestri di wilayahnya. Mereka memberdayakan tanaman asli merapi seperti pohon Dadap Duri, konservasi anggrek Merapi yang hampir punah, dan kopi. Sistem yang mereka lakukan merupakan sistem agroforestri sederhana. 

Menurut De Foresta dan Michon (1997), agroforestri dapat dikelompokkan menjadi dua sistem, yaitu sistem agroforestri sederhana dan sistem agroforestri kompleks.

  1. Sistem Agroforestri Sederhana

Pola Agroforestri dengan sistem sederhana merupakan suatu sistem pertanian yang ditanam secara tumpangsari dengan tanaman semusim satu atau dua tanaman. Akan tetapi, dalam perkembangannya sistem agroforestri sederhana dicampurkan dengan jenis pepohonan yang bukan semusim.

Contoh tanaman agroforestri sederhana antara lain padi gogo, jagung, kedelai, kacang-kacangan, ubi kayu, sayuran, kelapa, karet, cengkeh, kopi, kakao, nangka, melinjo, petai, jati, mahoni.

Saat ini, kamu bisa melihat sistem agroforestri sederhana yang terdiri dari campuran tanpa adanya tanaman semusim. Contoh tanaman agroforestri sederhana tanpa tanaman semusim, antara lain kebun kopi yang disisipi dengan tanaman dadap. Bisa juga disisipkan dengan kelorwono sebagai tanaman naungan dan penyubur tanah.

  1. Sistem Agroforestri Kompleks

Pola agroforestri kompleks mengacu pada kombinasi beragam jenis tanaman pohon, semak, dan tanaman pertanian dalam satu lahan. Dalam pola ini, tanaman pohon dan semak ditanam bersamaan dengan tanaman pertanian atau ternak, menciptakan suatu ekosistem yang lebih kompleks dan beragam.

Tujuannya adalah mencapai sinergi antara komponen-komponen tersebut, meningkatkan produktivitas, menjaga keberlanjutan lingkungan, dan memberikan manfaat yang beragam bagi petani dan masyarakat.

Salah satu contoh penerapan pola agroforestri kompleks di Indonesia adalah di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Di daerah ini, pola agroforestri kompleks telah diterapkan dengan menanam berbagai jenis tanaman pohon buah, seperti pohon durian, jambu air, dan sengon, bersama-sama dengan tanaman pertanian seperti padi, jagung, dan ubi. Selain itu, ada pula komponen ternak seperti kambing dan ayam yang terintegrasi dalam sistem agroforestri ini.

Jual Hasil Panen dari Sistem Agroforestri melalui PasarMIKRO

Secara ekonomi, agroforestri dapat memecahkan kemiskinan. Lihat saja pemuda yang berada di Desa Boyolali yang sukses mengembangkan konservasi anggrek Merapi dan budidaya kopi. Hasil panen dari agroforestri seperti mangga, durian, jambu, dan juga yang ditanam pohon kayu bisa dijual. Sehingga bisa menghasilkan keuntungan. 

Untuk menjual hasil panen yang aman dan mudah, kamu bisa menggunakan aplikasi PasarMIKRO. Kami akan membantu para petani, peternak atau pembudidaya untuk bertemu dengan para pedagang atau tengkulak terpercaya. 

Dengan fitur LangsungAja, transaksi menjadi lebih mudah! Cukup satu orang penjual atau pembeli yang sudah terverifikasi di aplikasi, dan konfirmasi transaksi serta informasi pembayaran bisa melalui WhatsApp. Apa yang bisa dilakukan penjual atau pembeli melalui fitur LangsungAja?

  • Melakukan konfirmasi penjualan dan pembelian
  • Menerima Informasi pembayaran
  • Konfirmasi penerimaan paket komoditas

Selain itu, saat terjadi fluktuasi harga, para pedagang pun bisa tetap membeli komoditas di PasarMIKRO dengan mudah dan aman! Dengan Talangin yaitu program dari PasarMIKRO yang membantu kamu leluasa membeli komoditas saat harga pasar tidak menentu. PasarMIKRO akan meneruskan pembayaran ke penjual tanpa potongan sedikitpun. Kamu cukup membayar biaya Talangin yang kamu pakai ketika bertransaksi. Mudah kan?

Yuk, cari tahu program atau fitur PasarMIKRO yang cocok untuk kamu. Isi form di bawah ini dan tim PasarMIKRO akan menghubungi kamu!

Form Lead Generation - Agroforestri

Kamu juga bisa coba manfaat dari PasarMIKRO , unduh aplikasinya sekarang di Google Play Store!

PasarMIKRO - Polikultur

PasarMIKRO, Aplikasi Perdagangan untuk Petani, Peternak, Nelayan dan Pedagang Pertama dan No. 1 di Indonesia

Tidak ada waktu yang lebih baik dari sekarang untuk memulai perubahan, bergabunglah dengan komunitas perdagangan terpercaya hanya di PasarMIKRO!

Play Store Badge
Aplikasi Digitalisasi Perdagangan Agrikultur

Post navigation

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mengenal Karakter, Jenis, dan Cara Mengendalikan Gulma

Raih Untung Ganda Budidaya Dengan Teknik Polikultur

Mengelola Pasca Panen : Penanganan, Penyimpanan, dan Pemasaran

Cara Menemukan Peluang Pasar Baru untuk Komoditas Agribisnis