Sebelum kita membahas kisah sukses dari Ibu Erwantini, tahukah kamu? Bahwa Indonesia menempati peringkat ke-5 sebagai produsen salak terbesar di dunia. Ya, Indonesia patut bangga karena berada di garis khatulistiwa ya, sehingga bisa menghasilkan buah-buah yang eksotis.
Negara yang paling banyak mengimpor salak dari Indonesia yakni China. Ekspor salak ke China bisa mencapai 80%. Waah, menguntungkan sekali ya menjadi petani salak!
Kamu tertarik untuk menjadi petani salak atau sedang ingin mengembangkan agribisnis salak? Yuk baca tuntas artikel ini ya karena kami sudah menyiapkan seluk beluk usaha salak hingga kisah sukses petani salak yang bisa kamu petik manfaat dan ilmunya!
Mari Mengenal Salak si Buah Eksotis
Sudah mencoba buah salak? Mungkin hampir semua orang di Indonesia sudah mencobanya ya. Teksturnya yang renyah dan rasanya manis. Membuat buah ini menjadi favorit kebanyakan orang. Apalagi harganya yang hemat ya!
Salak memiliki bahasa ilmiah Salacca Zalacca. Salak memiliki kulit yang bersisik dan berwarna hitam. Maka tak heran, kalau buah salak ini sering disebut snake fruit atau buah ular.
Dalam setahun buah salak yang memiliki kandungan antioksidan ini bisa dua kali dipanen. Desember dan Mei adalah bulan-bulan para petani memanennya. Dalam satu tandan atau kelompok,bisa tumbuh sekitar 10-30 buah tergantung dari ukurannya.
Adapun ciri-ciri buah salak yang siap panen adalah susunan sisik lebih renggang, penampilan sisik lebih mengkilap, bagian ujung buah bila dipijat terasa lembut dan empuk, bila ditarik dari tandannya buah mudah lepas, tandan buah menebarkan bau khas salak.
Melansir dari Wikipedia, ada 20-30 jenis salak di Indonesia. Adapun salak yang terkenal di Indonesia, antara lain:
- Salak Sidimpuan dari Sumatera Utara,
- Salak Condet dari Jakarta,
- Salak Pondoh dari Yogyakarta
- Salak Bali dari Bali
- Salak Madura dari Bangkalan
Jawa Tengah Merupakan Kota Produksi Terbanyak di Indonesia
“Jawa Tengah menjadi penghasil salak terbesar di Indonesia dengan produksi 432.097 ton. Jumlah tersebut setara dengan 38,57% dari total produksi salak nasional sepanjang tahun lalu. “- Badan Pusat Statistik (2021)
Di bawah ini wilayah penghasil salak terbesar di Indonesia menurut Badan Pusat Statistik (2021), antara lain:
- Jawa Tengah – 423.097 ton
- Sumatera Utara – 292.881 ton
- Jawa Timur – 210.587 ton
- Yogyakarta – 57.296 ton
- Bali – 27.080 ton
- Sulawesi – 84 ton
- Jakarta – 17 ton
- Gorontalo – 9 ton
Apa Tantangan yang Harus Dihadapi Saat Menjadi Petani Salak?
Saat kamu akan melakukan ekspor salak, tantangan yang harus dihadapi adalah cara pengemasan dan penyimpanan nya. Salak termasuk buah yang mudah busuk, biasanya negara-negara importir akan meminta salak yang belum matang sempurna karena menyesuaikan dengan lamanya pengiriman.
Selain itu, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi petani salak di Indonesia, antara lain:
- Kurangnya Modal
Para petani selalu kesulitan modal saat musim panen tiba. Sehingga untuk mengembangkan usahanya tersebut menjadi terhambat.
- Produksi Masih Rendah
Ada beberapa wilayah di Indonesia misalkan di Kabupaten Enrekang yang hanya memproduksi 40.403 ton per tahun. Atau misalkan Gorontalo yang hanya 9 ton per tahun.
- Dukungan Infrastruktur yang Masih Kurang
Ada beberapa wilayah yang jalan menuju lokasi kebun salak tidak bisa dilewati oleh kendaraan. Sehingga saat proses panen, dan distribusi akan mengalami keterlambatan.
- Pembayaran Tempo dari Tengkulak
Selain modal yang masih sedikit, para petani juga dihadapkan oleh pembayaran dari para tengkulak yang tidak cash. Mereka biasanya mengutang atau melakukan pembayaran dengan waktu tertentu. Sehingga biaya operasional pun terhambat.
Semua tantangan yang dihadapi oleh para petani salak di Indonesia pasti akan ada jalan keluarnya. Seperti yang dirasakan oleh Ibu Erwantini, seorang petani salak. Yuk berkenalan dengan beliau!
Ibu Erwantini Petani Salak Turun Menurun 40 Tahun
Menjadi petani yang turun menurun selama 40 tahun, bukanlah hal yang mudah. Ibu Erwantini harus tetap mempertahankan kualitas buahnya serta harus tetap menjaga agar perkebunan salaknya terus berbuah.
Selain menjadi petani salak, Ibu Erwantini memiliki usaha lain sebagai suplier tengkulak-tengkulak untuk wilayah Yogyakarta dan luar Yogyakarta.
Saat kami temui beliau di kebun salaknya di Lereng Gunung Merapi, Turi, Sleman Yogyakarta. Ia bercerita dengan antusias dan tetap memberikan senyuman. Ia bercerita penuh antusias bagaimana perjalanannya mengembangkan usaha salak tersebut.
Baginya menjadi petani salak itu adalah hal yang menarik!
“Banyak yang menarik dari petani salak. Yang pertama, mudah untuk perawatannya. Yang kedua, buahnya selalu panen tiap tahun dan tidak ada musim.” tutur Ibu Erwantini.
Meskipun menarik tetap saja ada kendala yang ia hadapi untuk mengembangkan usaha salaknya ini. Terutama dalam hal pembayaran.
“kendala yang dihadapi yaitu dari tengkulak. Dari tengkulak, kita selalu di utang atau dibayar tempo.”
Alhasil, uang yang seharusnya ia terima untuk perputaran operasional pun terhambat dan usahanya pun sulit berkembang.
PasarMIKRO, Solusi untuk Mengembangkan Usaha
Desember 2022, Ibu Erwantini mulai mendapatkan solusi saat bergabung dan menggunakan aplikasi PasarMIKRO.
“Aplikasi pasar mikro sangat membantu untuk saya sekali. Yang semula dihutang oleh tengkulak dan dibayar tempo sekarang sudah tidak lagi. Dan bisnis saya bisa lancar dan berkembang secara maksimal.” pungkas Ibu Erwantini.
Setiap permasalahan yang ada didatangkan bersama solusinya. Seperti Ibu Erwantini yang akhirnya mengenal PasarMIKRO, kemudian menggunakannya, dan merasakan manfaat dari menggunakan PasarMIKRO.
Kalau kamu sedang mengalami masalah seperti Ibu Erwantini, yuk bangkit! Ada solusi di depan matamu. Kamu bisa mengikuti apa yang dilakukan oleh beliau. Cari tahu lebih lanjut mengenai PasarMIKRO melalui website ataupun media sosialnya. Kalau sudah yakin, hubungi tim PasarMIKRO untuk dapat menggunakan aplikasinya!