{"id":1456,"date":"2023-07-10T13:45:17","date_gmt":"2023-07-10T06:45:17","guid":{"rendered":"https:\/\/www.pasarmikro.id\/buletin\/?p=1456"},"modified":"2023-07-10T13:45:19","modified_gmt":"2023-07-10T06:45:19","slug":"cara-yang-harus-dilakukan-nelayan-untuk-beradaptasi-dengan-perubahan-iklim-dan-kondisi-laut","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/www.pasarmikro.id\/buletin\/cara-yang-harus-dilakukan-nelayan-untuk-beradaptasi-dengan-perubahan-iklim-dan-kondisi-laut\/","title":{"rendered":"Cara yang Harus Dilakukan Nelayan untuk Beradaptasi dengan Perubahan Iklim dan Kondisi Laut"},"content":{"rendered":"\n
Sebelumnya, kita telah membahas Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produksi dan Perdagangan Agrikultur<\/a>. Untuk sektor pertanian, dampak perubahan iklim dapat menurunkan panen hingga 30% pada 2050 mendatang. Lalu bagaimana dengan sektor perikanan?<\/p>\n\n\n\n Artikel ini akan mengulas bagaimana perubahan iklim dapat memengaruhi perikanan di Indonesia. Dan bagaimana strategi bagi para nelayan untuk bisa beradaptasi dengan perubahan iklim.<\/p>\n\n\n\t\t\t\t Perubahan iklim adalah perubahan suhu dan cuaca yang terjadi signifikan dalam jangka waktu yang sangat lama. Sebuah studi tahun 2021 yang diterbitkan dalam jurnal Fish and Fisheries<\/em> <\/a>menemukan bahwa perubahan iklim dapat menyebabkan hasil perikanan di Indonesia menurun hingga 40% pada tahun 2100. Studi tersebut menemukan bahwa penurunan tersebut akan didorong oleh pemanasan lautan, perubahan arus laut, dan pengasaman.<\/p>\n\n\n\n Saat air laut menjadi panas atau lebih hangat, pengasaman tinggi sehingga kandungan oksigen air berkurang. Menurut kamu apa yang akan terjadi? Berikut ini dampak-dampak akibat perubahan iklim yang akan terjadi pada perikanan di Indonesia:<\/p>\n\n\n\n Selain itu dengan adanya perubahan iklim, tentunya akan memengaruhi kehidupan perekonomian nelayan Indonesia. Para nelayan akan jarang menangkap, dan jumlah jam kerja di laut pun akan berkurang. Alhasil mereka pun hanya mendapat tangkapan ikan yang sedikit.<\/p>\n\n\n\n Ketika tidak ada perubahan iklim yang ekstrim, para nelayan mencari ikan dengan mempelajari pola iklim yang terjadi di Indonesia.<\/p>\n\n\n\n Pola iklim adalah kebiasaan dan karakter dari persebaran iklim di setiap wilayah. Perubahan iklim tentunya akan memengaruhi pola ini. Seperti yang sudah kamu ketahui bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis. Yang biasanya negara dengan iklim tropis hanya memiliki dua jenis iklim yaitu musim kemarau dan penghujan.<\/p>\n\n\n\n Melansir dari situs BMKG<\/a>, karena letak geografis dan astronomis, Indonesia memiliki 3 jenis iklim antara lain:<\/p>\n\n\n\n Iklim muson atau juga sering dikenal dengan iklim musim. Sesuai dengan namanya iklim ini dipengaruhi oleh musimnya pada periode tertentu. Ada dua jenis iklim muson yaitu:<\/p>\n Indonesia dilewati oleh garis khatulistiwa sehingga memiliki iklim tropis. Oleh karena itu, hampir di setiap daerah di Indonesia bisa mendapatkan sinar matahari dan juga curah hujan yang cukup.<\/p>\n\n\n Sebagai negara maritim, Indonesia berada di posisi yang diapit oleh samudera dan laut. Sehingga iklim Indonesia dipengaruhi oleh iklim laut yang dapat membuat hujan terus menerus. Adapun dengan adanya perubahan kondisi laut yang disebabkan oleh perubahan iklim dan cuaca mulai mengalami beberapa kendala akibat perubahan iklim tersebut.<\/p>\n\n\n Di bawah ini merupakan perubahan-perubahan iklim yang sering dialami oleh para nelayan. Antara lain:<\/p>\n\n\n\n Para nelayan terbiasa memprediksi alam saat akan menangkap ikan. Dengan adanya perubahan iklim, para nelayan harus berupaya keras untuk menentukan kapan waktu yang tepat untuk menangkap ikan dan menentukan lokasinya.<\/p>\n Misalkan saja, saat perubahan angin. Melansir dari Jurnal Masyarakat dan Budaya Volume 14, Biasanya angin musim timur terjadi pada sejak Mei dalam waktu 6 bulan. Angin tersebut datang dari Australia menuju Asia melalui Indonesia. Akan tetapi dengan adanya perubahan iklim, angin musim timur datang pada bulan Juni dan terjadi selama 5 bulan. Seringkali mereka menangkap ikan dan cuaca tiba-tiba buruk.<\/span><\/p>\n\n\n Kenaikan air suhu laut bisa mengganggu tingkat regenerasi dan reproduksi ikan. Bagaimana itu bisa terjadi? Karena suhu laut dapat memengaruhi lokasi perairan tersebut. Dampak yang terjadi bisa jadi lokasi tersebut menjadi subur atau malah tercemar. Selain berdampak pada komoditas, perubahan peningkatan suhu pun berdampak pada kesehatan para nelayan. Akibat cuaca yang terlalu panas bisa mengakibatkan nelayan jatuh sakit.<\/p>\n\n\n Pasang surut air laut merupakan peristiwa alam yang menyebabkan air laut menjadi pasang atau surut. Pasang surut air laut setiap daerah berbeda-beda karena dipengaruhi oleh daya tarik matahari dan bulan. Manfaat pasang surut air laut dimanfaatkan oleh para nelayan untuk menangkap ikan. Gelombang pasang air laut biasanya terjadi pada bulan November sampai Januari. Sehingga para nelayan akan menghentikan operasi penangkapan ikan.<\/p>\n\n\n Melansir dari BMKG, El-Nino adalah pemanasan permukaan laut (atau SST di atas rata-rata pada ambang tertentu) di Samudra Pasifik tropis tengah dan timur. Selama El-Nino, curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia cenderung menurun tetapi meningkat di Samudra Pasifik tropis tengah dan timur. Secara umum, semakin hangat anomali suhu laut, semakin kuat El-Nino (dan sebaliknya).<\/p>\n Masih dari sumber yang sama, La Nina merupakan pendinginan permukaan laut (atau SST di bawah rata-rata pada ambang tertentu) di Samudra Pasifik tropis tengah dan timur. Kondisi ini cenderung meningkatkan curah hujan di Indonesia dan mengurangi curah hujan di Samudra Pasifik tropis tengah dan timur. Secara umum, semakin dingin anomali suhu laut, semakin kuat La-Nina (dan sebaliknya).<\/span><\/p>\n\n\n \u201cPeningkatan permukaan air laut sekecil 0,01m\/tahun juga dapat berubah menjadi ancaman bencana banjir besar pada sekitar 1.700 hektar area pesisir di Semarang pada tahun 2030, dengan total kerusakan yang diperkirakan dapat mencapai Rp 6,1 Triliun\u201d<\/em>– WWF Indonesia<\/a>.<\/p>\n\n\n\n Kamu sudah tahu kan bagaimana perubahan iklim berdampak pada perikanan dan kehidupan para nelayan. Untuk mencegah dampak yang luar biasa akibat perubahan iklim, kita semua bisa mulai beradaptasi dan juga melakukan mitigasi atau pencegahan.<\/p>\n\n\n\n Biasanya para nelayan, hanya menggunakan pola iklim dan juga melihat pasang surut air laut saat akan menangkap ikan. Pemerintah ataupun asosiasi yang terikat dapat mulai memberikan pengetahuan terkait perubahan iklim dan memberikan cara lain untuk menangkap ikan. Hal ini dapat membantu nelayan untuk beradaptasi dengan perubahan iklim dan membuat keputusan berdasarkan informasi tentang praktik penangkapan ikan mereka.<\/p>\n\n\n Para nelayan bisa mulai menggunakan teknologi atau alat tangkap ikan yang bertanggung jawab atau berkelanjutan. Sehingga para nelayan bisa beradaptasi dengan perubahan kondisi laut dan menangkap lebih banyak ikan.<\/p>\n\n\n Indonesia adalah salah satu penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia. Dengan mengurangi emisi gas rumah kaca, Indonesia dapat membantu memperlambat laju perubahan iklim dan mengurangi dampaknya terhadap hasil perikanan.<\/p>\n\n\n Adaptasi dan mitigasi harus dilakukan oleh semua pihak baik pemerintah, masyarakat, dan juga pelaku perikanan itu sendiri. Dengan meningkatkan pengelolaan perikanan yaitu menyesuaikan kuota penangkapan berdasarkan penilaian stok yang dapat diperbarui secara berkala.<\/p>\n\n\nMengapa Kondisi Iklim dan Cuaca Memengaruhi Nelayan?<\/h2>\n\n\n\n
\n
Pola Iklim di Indonesia<\/h2>\n\n\n\n
\n
\n
\n
\n
\n
Jenis-Jenis Perubahan Iklim<\/h2>\n\n\n\n
\n
\n
\n
\n
Strategi Adaptasi Para Nelayan<\/h2>\n\n\n\n
\n
\n
\n
\n